E-Visa Data Breach di Bali

E-Visa Data Breach

E-Visa Data Breach di Bali: Informasi Paspor Wisatawan Terbuka ke Publik.

Indonesia kembali menghadapi serangan siber besar, kali ini dengan adanya kebocoran data (Breach) pada sistem E-Visa yang mengekspos informasi pribadi wisatawan, termasuk beberapa pelancong asal Australia yang menuju Bali.

Celah Keamanan pada Sistem E-Visa.

Pemerintah Indonesia telah menerapkan E-Visa Smart Gates di berbagai bandara untuk mempercepat proses imigrasi. Namun, hanya dalam beberapa bulan setelah peluncuran, sistem ini mengalami kebocoran data yang memungkinkan informasi paspor dan visa terlihat oleh orang asing.

Menurut laporan ABC, tiga wisatawan Australia yang terbang ke Bali mengalami insiden di mana saat mereka memindai kode QR pada dokumen e-visa mereka, informasi pribadi milik orang lain muncul di layar ponsel mereka.

Lauren Levin, seorang warga Melbourne, mengungkapkan bahwa ia dapat melihat data visa dua warga Australia lainnya.

“Saat saya berbicara dengan petugas imigrasi di bandara Bali, dia mengatakan bahwa masalah ini sudah berlangsung cukup lama dan bukan hanya saya yang terdampak,” ujarnya.

Insiden serupa juga dialami oleh wisatawan lain, termasuk sepupu Levin yang dalam perjalanannya dua bulan lalu melihat informasi pribadi milik seorang pria dari India. Sementara itu, seorang pelancong lain menemukan data pribadi dua wisatawan asal China, termasuk foto paspor mereka, muncul di dokumen visanya.

E-Visa Data Breach di Bali: Tanggapan Pihak Imigrasi.

Pihak Imigrasi Indonesia telah menyadari permasalahan ini dan sedang berupaya memperbaikinya. Seorang juru bicara dari kantor imigrasi di Jakarta mengonfirmasi adanya “anomali” dalam sistem e-visa, meskipun mereka menangani puluhan ribu aplikasi visa-on-arrival setiap harinya.

“Kami menyadari masalah ini, dan meskipun beberapa anomali telah terjadi sebelumnya, bukan berarti kami menormalisasi situasi ini. Kami terus belajar dari permasalahan untuk meningkatkan sistem,” kata juru bicara tersebut.

Langkah yang Harus Dilakukan Jika Data Paspor Terbocor.

Andrew Charlton MP, utusan khusus untuk keamanan siber dan ketahanan digital Australia, menyarankan agar wisatawan tidak panik jika menduga data paspor mereka telah terekspos.

“Paspor fisik Anda tetap aman untuk digunakan dalam perjalanan dan verifikasi identitas. Namun, jika Anda merasa khawatir, Anda bisa membatalkan dan mengajukan paspor baru kapan saja,” jelasnya.

Ia juga merekomendasikan bagi mereka yang takut menjadi korban pencurian identitas untuk menghubungi IDCARE di 1800 595 160 atau mengunjungi situs Australian Cyber Security Centre dan Scamwatch untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.

Serangan Siber Besar yang Melumpuhkan Layanan Pemerintah.

Kebocoran e-visa ini terjadi di tengah serangkaian insiden keamanan siber yang menyerang Indonesia dalam beberapa bulan terakhir. Pada Juni lalu, serangan ransomware melumpuhkan Pusat Data Nasional Sementara, mengakibatkan gangguan pada hampir 300 lembaga negara, termasuk layanan imigrasi dan bandara utama.

Kelompok peretas Brain Cipher mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut dan menuntut tebusan sebesar CAD 11 juta (sekitar Rp 132 miliar) untuk memulihkan data yang terenkripsi. Namun, dalam perkembangan yang mengejutkan, kelompok tersebut akhirnya meminta maaf dan merilis kunci dekripsi secara gratis pada 3 Juli.

Tidak hanya itu, pada 22 Juni lalu, sistem Identifikasi Sidik Jari Otomatis Indonesia (INAFIS) juga menjadi korban serangan siber. Hal ini semakin menyoroti betapa rentannya sistem keamanan digital di Indonesia.

Upaya Pemerintah dalam Meningkatkan Keamanan Siber.

Menurut laporan Indeks Keamanan Siber Global (GCI) 2020, Indonesia menempati peringkat ke-24 dari 194 negara dalam hal komitmen terhadap keamanan siber. Peringkat ini lebih tinggi dibandingkan Vietnam (25), Thailand (44), dan Filipina (61).

Sebagai respons atas serangan siber yang terus meningkat, pemerintah Indonesia berencana untuk mengevaluasi praktik keamanan siber di pusat data, termasuk melakukan studi ke negara-negara seperti Kanada untuk meningkatkan pertahanan digital.

Selain itu, pemerintah juga berencana membentuk unit keamanan siber baru bernama “Angkatan Siber,” yang akan menjadi cabang keempat dalam struktur militer Indonesia, berdampingan dengan angkatan darat, laut, dan udara.

E-Visa Data Breach di Bali.

Serangan siber dan kebocoran data yang terjadi di Indonesia menunjukkan perlunya peningkatan keamanan digital yang lebih ketat. Kejadian terbaru pada sistem e-visa Bali menjadi peringatan bagi pemerintah dan sektor swasta untuk lebih serius dalam mengamankan data pribadi masyarakat dan wisatawan.

Menurut Edbert Gani Suryahudaya, peneliti di Centre for Strategic and International Studies (CSIS), “Ancaman siber yang sering terjadi menuntut respons yang lebih strategis dan komprehensif dari pemerintah.” Keamanan siber bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang kesiapan negara dalam menghadapi ancaman yang terus berkembang.

Dengan meningkatnya ketergantungan pada sistem digital, penting bagi Indonesia untuk segera memperbaiki celah keamanan, meningkatkan infrastruktur siber, dan membangun kesadaran publik terkait risiko keamanan digital.